Kali ini saya akan cerita tentang jalan-jalannya dulu ya. Cerita tentang
penginapan saya di Pematang Siantar akan saya tulis kemudian. Saya
langsung dapat penginapan kok di Pematang Siantar sebelum jalan-jalan
ini. Tapi nanti aja karena mengenai penginapan itu cukup mengagetkan dan
sangat tidak terduga. Hoho..
Oke, kembali cerita tentang Pematang Siantar.. Apa yang ada dipikiran Anda kalau saya menyebut spesifikasi sepeda motor 500 cc, 4 langkah, dan single silinder? Bagi yang tahu spesifikasi mesin motor pasti akan terbayang sebuah motor gede dengan tenaga bengis lebih dari 50 HP dan bisa melaju lebih dari 150 km/jam dengan mudah. Sayangnya mesin dengan spesifikasi seperti itu hanya digunakan sebagai becak bro di Pematang Siantar. Haha..
Nggak kok... Spesifikasi motor tersebut bukan spesifikasi motor jaman sekarang mas bro. Melainkan motor yang sudah keluar sejak Perang Dunia II antara tahun 1941-1942. Motor itu adalah BSA M20 yang banyak terdapat di Pematang Siantar dan digunakan sebagai becak motor. Meskipun memiliki mesin dengan kapasitas setengah liter alias 500 cc, BSA hanya memiliki tenaga maksimal 13 HP pada 4.200 RPM atau setara bahkan lebih rendah daripada tenaga motor jaman sekarang dengan mesin 150 cc. Kecepatan maksimalnya juga cuma sekitar 90 km/jam. Kalah dong ya dibanding motor bebek jaman sekarang sekalipun.
BSA adalah The Birmingham Small Arms Company Limited, sebuah perusahaan dalam bidang manufaktur militer yang menyuplai persenjataan tentara Inggris. Selain menyuplai senjata untuk kepentingan militer rupanya BSA juga memproduksi sepeda motor. Sepeda motor BSA dibuat juga digunakan untuk kepentingan militer. Sepeda motor BSA M20 inilah yang banyak digunakan tentara-tentara sekutu setelah masa pendudukan Jepang di Pematang Siantar. Sepeda motor rongsokan sisa-sisa peninggalan tentara sekutu inilah yang akhirnya diubah oleh masyarakat Pematang Siantar menjadi becak-becak yang banyak beredar seperti sekarang.
Karena unik dan antiknya sepeda motor BSA, saya tidak mau melewatkan begitu saja pengalaman naik sepeda motor jaman perang yang sudah diubah menjadi becak. Saya meminta tukang becak motor dengan motor BSA di depan penginapan saya untuk mengantarkan saya ke Patung Dewi Kwan Im yang terletak dalam komplek Vihara Avalokitesvara. Sebelum berangkat saya minta ijin untuk memotretnya terlebih dahulu. Sepeda motor besar, head lamp bulat, fuel tank besar, dan jok tunggal benar-benar seperti berada di jaman kolonial. Begitu kick starter dipancal langsung terdengar suara moge tahun ‘40an yang sangat khas. Suaranya cukup kasar dan agak berisik. Di mesin juga udah belepotan oli. Maklum sih mesin tua, mungkin olinya udah bocor disana-sini.
Menikmati keliling Kota Pematang Siantar dengan becak memang sangat mengasyikkan. Hampir sebagian besar becak disini menggunakan motor BSA. Ya inilah uniknya Pematang Siantar yang tidak bisa ditemui di kota lain di Indonesia. Bahkan saat ini katanya Pematang Siantar adalah kota dengan populasi jumlah sepeda motor BSA terbesar di dunia. Menurut tukang becak yang saya naiki ini, jumlah becak motor BSA yang ada di Pematang Siantar masih ada lebih dari 300. Jumlah yang cukup besar mengingat sepeda motor BSA diproduksi dalam jumlah yang tidak banyak.
Saat ini banyak kolektor yang memburu sepeda motor BSA dan dihargai dengan rupiah yang cukup menggiurkan. Si lae bercerita kalau sebelumnya dia punya dua sepeda motor BSA. Satu motor sudah dijual setahun yang lalu kepada orang Bali. Anda tahu berapa harganya? 20 juta!! Duit segini bisa buat beli sepeda motor sport 150 cc baru sekelas Vixion, Bison, ataupun New Megapro. Masih menurut lae, harga bisa lebih mahal bahkan bisa mencapai 50 juta kalau kondisinya masih bagus dan surat-suratnya lengkap. Satu motor BSA yang dipakai si lae sekarang untuk narik becak nggak ada surat-suratnya, jadi kalau dijual juga harganya nggak bisa mahal. Kalau bukan kolektor gila ya mana mau sih beli mesin tua harga segitu. Apalagi dari segi pemikiran anak muda, duit 50 juta bisa beli Ninja 250 atau CBR 250. Udah bisa gaya-gayaan ngecengin cewek-cewek cantik tuh. Ahaha.. Saya sih pengen pakai sepeda motor antik ini, tapi kalau disuruh bayar segitu mahalnya nggak deh. :D
Keliling kota dengan becak motor BSA ini ongkosnya bisa dibilang nggak mahal, tergantung jarak juga. Sebaiknya sebelum naik tanyakan dulu saja harganya sesuai dengan tempat tujuan Anda. Bisa ditawar kok harganya, kalau udah cocok baru deh naik. Saya dari depan penginapan yang berlokasi dekat dengan Terminal Parluasan ke Patung Dewi Kwan Im yang letaknya cukup jauh cuma bayar 10.000 saja diantar sampai di dalam komplek Pagoda Avalokitesvara. Mau mencoba becak motor BSA? Datang ke Pematang Siantar dong!! :D
Oke, kembali cerita tentang Pematang Siantar.. Apa yang ada dipikiran Anda kalau saya menyebut spesifikasi sepeda motor 500 cc, 4 langkah, dan single silinder? Bagi yang tahu spesifikasi mesin motor pasti akan terbayang sebuah motor gede dengan tenaga bengis lebih dari 50 HP dan bisa melaju lebih dari 150 km/jam dengan mudah. Sayangnya mesin dengan spesifikasi seperti itu hanya digunakan sebagai becak bro di Pematang Siantar. Haha..
Nggak kok... Spesifikasi motor tersebut bukan spesifikasi motor jaman sekarang mas bro. Melainkan motor yang sudah keluar sejak Perang Dunia II antara tahun 1941-1942. Motor itu adalah BSA M20 yang banyak terdapat di Pematang Siantar dan digunakan sebagai becak motor. Meskipun memiliki mesin dengan kapasitas setengah liter alias 500 cc, BSA hanya memiliki tenaga maksimal 13 HP pada 4.200 RPM atau setara bahkan lebih rendah daripada tenaga motor jaman sekarang dengan mesin 150 cc. Kecepatan maksimalnya juga cuma sekitar 90 km/jam. Kalah dong ya dibanding motor bebek jaman sekarang sekalipun.
BSA adalah The Birmingham Small Arms Company Limited, sebuah perusahaan dalam bidang manufaktur militer yang menyuplai persenjataan tentara Inggris. Selain menyuplai senjata untuk kepentingan militer rupanya BSA juga memproduksi sepeda motor. Sepeda motor BSA dibuat juga digunakan untuk kepentingan militer. Sepeda motor BSA M20 inilah yang banyak digunakan tentara-tentara sekutu setelah masa pendudukan Jepang di Pematang Siantar. Sepeda motor rongsokan sisa-sisa peninggalan tentara sekutu inilah yang akhirnya diubah oleh masyarakat Pematang Siantar menjadi becak-becak yang banyak beredar seperti sekarang.
Karena unik dan antiknya sepeda motor BSA, saya tidak mau melewatkan begitu saja pengalaman naik sepeda motor jaman perang yang sudah diubah menjadi becak. Saya meminta tukang becak motor dengan motor BSA di depan penginapan saya untuk mengantarkan saya ke Patung Dewi Kwan Im yang terletak dalam komplek Vihara Avalokitesvara. Sebelum berangkat saya minta ijin untuk memotretnya terlebih dahulu. Sepeda motor besar, head lamp bulat, fuel tank besar, dan jok tunggal benar-benar seperti berada di jaman kolonial. Begitu kick starter dipancal langsung terdengar suara moge tahun ‘40an yang sangat khas. Suaranya cukup kasar dan agak berisik. Di mesin juga udah belepotan oli. Maklum sih mesin tua, mungkin olinya udah bocor disana-sini.
Menikmati keliling Kota Pematang Siantar dengan becak memang sangat mengasyikkan. Hampir sebagian besar becak disini menggunakan motor BSA. Ya inilah uniknya Pematang Siantar yang tidak bisa ditemui di kota lain di Indonesia. Bahkan saat ini katanya Pematang Siantar adalah kota dengan populasi jumlah sepeda motor BSA terbesar di dunia. Menurut tukang becak yang saya naiki ini, jumlah becak motor BSA yang ada di Pematang Siantar masih ada lebih dari 300. Jumlah yang cukup besar mengingat sepeda motor BSA diproduksi dalam jumlah yang tidak banyak.
Saat ini banyak kolektor yang memburu sepeda motor BSA dan dihargai dengan rupiah yang cukup menggiurkan. Si lae bercerita kalau sebelumnya dia punya dua sepeda motor BSA. Satu motor sudah dijual setahun yang lalu kepada orang Bali. Anda tahu berapa harganya? 20 juta!! Duit segini bisa buat beli sepeda motor sport 150 cc baru sekelas Vixion, Bison, ataupun New Megapro. Masih menurut lae, harga bisa lebih mahal bahkan bisa mencapai 50 juta kalau kondisinya masih bagus dan surat-suratnya lengkap. Satu motor BSA yang dipakai si lae sekarang untuk narik becak nggak ada surat-suratnya, jadi kalau dijual juga harganya nggak bisa mahal. Kalau bukan kolektor gila ya mana mau sih beli mesin tua harga segitu. Apalagi dari segi pemikiran anak muda, duit 50 juta bisa beli Ninja 250 atau CBR 250. Udah bisa gaya-gayaan ngecengin cewek-cewek cantik tuh. Ahaha.. Saya sih pengen pakai sepeda motor antik ini, tapi kalau disuruh bayar segitu mahalnya nggak deh. :D
Keliling kota dengan becak motor BSA ini ongkosnya bisa dibilang nggak mahal, tergantung jarak juga. Sebaiknya sebelum naik tanyakan dulu saja harganya sesuai dengan tempat tujuan Anda. Bisa ditawar kok harganya, kalau udah cocok baru deh naik. Saya dari depan penginapan yang berlokasi dekat dengan Terminal Parluasan ke Patung Dewi Kwan Im yang letaknya cukup jauh cuma bayar 10.000 saja diantar sampai di dalam komplek Pagoda Avalokitesvara. Mau mencoba becak motor BSA? Datang ke Pematang Siantar dong!! :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar